TUGAS
MANDIRI
KEHIDUPAN BERAGAMA DI LINGKUNGAN KELUARGA
Mata Kuliah: Pendidikan Agama Kristen
Nama Mahasiswa : Wantri Junedi Manurung
NPM : 150210169
Dosen : Tim Dosen
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2016
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur penulis senantiasa panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan judul
“Kehidupan Beragama di Lingkungan Keluarga”. Penulis sangat bersyukur sekali
karena dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh nilai tugas
mandiri Pendidikan Agama Kristen pada Fakultas Teknik Informatika Universitas
Putera Batam.
Makalah
ini membahas tentang kehidupan beragama di lingkungan keluarga serta langsung
memberi pemecahan masalah terhadap masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan
keluarga.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna,untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan dan di harapakan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan di
masa mendatang.Harapan saya semoga Makalah ini bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu Pendidikan Agama Kristen.
Akhir
kata,penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Batam,
Juli 2016
Wantri Junedi Manurung
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
LANDASAN TEORI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 1
BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
A.
Keluarga Ilahi Apakah di Negara Asal . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 2
B.
Hubungan Suami-Istri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .4
C.
Hubungan Istri Kepada Suami . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
D. Hubungan Orang Tua Untuk Anak-Anak Mereka
. . . . . . . . . . . 6
E.
Hubungan Anak-Anak Kepada Orang Tua Mereka . . . . . . . . . . 7
Keunikan
Peran Orang Tua Di Dalam Pendidikan Kristen . . . . . . . . . . . .
9
Pembentukan Keperibadian Anak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . 10
A.
Agape Sebagai Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 11
B.
Disiplin Dan Tanggung Jawab . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 12
Hidup Dalam Suasana Kehadiran Kristus . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
Family Altar
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . 16
BAB III PENUTUP . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
Kesimpulan . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .21
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan keluarga saat ini berada di bawah
pengepungan. Keluarga dilanda oleh perceraian,krisis dalam peran,
ketidakhadiran orang tua, rincian dari otoritas, keasyikan dengan hal-hal,waktu
yang tidak memadai bersama-sama, tekanan keuangan, dan sejumlah masalah
lain.Alkitab mengajarkan bahwa institusi keluarga adalah asal dan tujuan ilahi.
Alkitab juga memberikan panduan untuk hubungan baik dalam keluarga.
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis akan menuangkan
data-data teoritis yang berhubungan dengan pokok-pokok penelitian. Dalam bab
ini akan dibahas mengenai keluarga ilahi apakah di negara asal,hubungan suami
istri menurut agama,hubungan orang tua untuk anak-anaknya,kasih agape di
lingkungan keluarga,hidup dalam suasana kehadiran kristus di lingkungan
keluarga,pembentukan ke pribadian anak menurut agama,dan akan membahas
bagaimana membuat suatu keluarga hidup dalam ajaran agama masing-masing serta
memupuk kehidupan beragama yang rukun di lingkungan keluarga.
Masalah Pendidikan Agama Kristen sebagai
upaya pembinaan warga jemaat akhir-akhir ini banyak digalakkan dan dihidupkan
ulang di kalangan umat kristiani. Hal ini nampak dari bermacam-macam kegiatan
yang mewarnai denyut jantung kehidupan di berbagai gereja maupun
persekutuan-persekutuan, di mana semuanya mengarah pada satu tujuan yang sama,
yaitu pembinaan warga jemaat dan membuat suatu jalinan umat bergama yang baik
di tengah-tengah lingkungan keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebuah komitmen dengan ajaran Alkitab dan
prinsip-prinsip memberikan harapan terbaik hari ini untuk pemulihan kehidupan
keluarga.
A. Keluarga Ilahi Apakah di Negara Asal
1. Allah menciptakan manusia menurut
gambar-Nya sendiri.
"Kemudian Allah berkata, 'Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar Kita, menurut rupa Kita" .Maka Allah
menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya; Dia menciptakan dia dalam gambar
Allah, Dia menciptakan mereka laki-laki dan perempuan "(Kejadian 1:26
-27).Lalu Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah, dan meniupkan kedalam
lubang hidungnya napas kehidupan, dan manusia menjadi makhluk yang
hidup"(Kejadian 2:7).
2. Tuhan menciptakan manusia sehingga
kebutuhan dan menemukan kepuasandalam persahabatan manusia.
"Tuhan berkata," Tidak baik, kalau
manusia seorang diri saja, aku akan membuatnya cocok penolong baginya
'"(Kejadian 2:18).3.
3. Allah memulai unit keluarga
pertama.
Jadi TUHAN Allah membuat manusia itu tidur
mendalam untuk datang keorang itu, dan ia tidur. Allah mengambil salah satu
rusuk dari padanya dan menutup daging di tempat itu. Lalu TUHAN Allah membuat
Dia rusuk yang diambil dari pria menjadi wanita dan membawanya ke manusia "(Kejadian2:21-22).
1.1. Keluarga Ilahi Apakah di Tujuan.Allah
menciptakan keluarga, dan Dia memiliki tujuan ilahi untuk itu. Setelah tujuan-
Nya untuk pernikahan dan kehidupan keluarga memberi kita kesempatan terbaik
untuk pemenuhan keluarga.4.
4. Persahabatan adalah tujuan dasar Allah
untuk pernikahan dan kehidupan keluarga. Seks adalah Allah ditahbiskan cara
mengatasi kesepian penting dari eksistensi manusia."Lalu TUHAN Allah
berkata," Tidak baik manusia itu seorang diri saja. Aku akan membuat
penolong yang seperti dia '"(Kejadian 2:18).
"Inilah sebabnya mengapa seorang
laki-laki meninggalkan ayah dan ibunyadan obligasi dengan istrinya, dan mereka
menjadi satu daging" (Kejadian2:24)."'Tidakkah kamu baca," Dia
[Yesus] menjawab,' bahwa Dia yang menciptakan mereka pada awalnya membuat
mereka laki-laki dan perempuan, dan Dia juga mengatakan : Untuk alasan ini
seorang pria akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bergabung dengan
istrinya, dan dua akan menjadi satu daging,Jadi mereka bukan lagi dua,
melainkan satu daging. Oleh karena itu apa yang Allah telah bergabung
bersama-sama, manusia tidak harus memisahkan'"(Matius 19:4-6).
5. Prokreasi merupakan tujuan dasar
dari Tuhan untuk keluarga.
"Allah memberkati mereka, dan Allah
berkata kepada mereka," Jadilah berbuah, berkembang biak, memenuhi bumi
... "(Kejadian 1:28)."Anak-anak memang warisan dari Tuhan, anak-anak,
hadiah ... Seperti anak panah di tangan
pahlawan, demikianlah anak-anak ... Happy adalah orang yang telah memenuhi bergetar dengan mereka" (Mazmur 127:3-5).6.
6. Pemeliharaan masih satu tujuan
dasar dari Tuhan untuk keluarga.
"Sekarang jika orang tidak memeliharakan
sanak sendiri, dan terutama untuk rumah tangga, dia telah murtad dan lebih
buruk dari orang yang tidak
beriman" (1 Timotius 5:8).
"Dia juga berkata kepada mereka, 'Anda
benar-benar membatalkan perintahAllah untuk menjaga tradisi Anda! Karena Musa
telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu, dan, Barangsiapa mengutuki ayahnya
atau ibunya harus dihukum mati. Tetapi kamu berkata, "Jika seorang pria
mengatakan kepada ayah atau ibunya : Apapun menguntungkan Anda mungkin telah
menerima dari saya adalah Corban" '(yaitu, hadiah [berkomitmen untuk
kuil]),' Anda tidak lagi membiarkan dia melakukan apapun untuk nya ayah atau
ibu. Anda mencabut firman Tuhan dengan tradisi Anda bahwa Anda telah
diturunkan.Dan Anda melakukan banyak hal lain yang serupa "(Markus 7:9-13)
'.
1.2. Alkitab Berisi Prinsip Ilahi untuk
Hubungan Keluarga Baik.Tujuan Tuhan bagi keluarga telah ditantang, tetapi
mereka belum berubah. DalamAlkitab, Tuhan memberikan prinsip-prinsip dan
kekuatan dengan mana tujuan-Nyauntuk keluarga bisa terpenuhi.
B. Hubungan Suami-Istri
7. Panggilan Alkitab untuk hubungan
pernikahan akan ditandai dengan penyerahan bersama dan sukarela dalam saling menghormati
dan kepercayaan."... Mengirimkan satu sama lain dalam takut akan
Kristus" (Efesus 5:21).8.
8. Alkitab menyebut untuk pemenuhan
timbal balik dalam hubungan seksualdalam hubungan pernikahan.
"Seorang suami harus memenuhi
kewajiban perkawinannya kepada istrinya,dan juga seorang istri kepada suaminya.
Seorang istri tidak memiliki otoritasatas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya
tidak. Sama, suami tidak memiliki otoritas atas tubuhnya sendiri, tetapi
istrinya tidak "(1 Korintus 7:3-4).9.
9.Alkitab panggilan untuk kesetiaan
timbal balik dalam hubungan monogami."Pernikahan harus dihormati oleh
semua, dan ranjang pernikahan tetap bersih,karena Allah akan menghakimi orang
tidak bermoral dan pezinah" (Ibrani13:4)."Jangan berzinah"
(Keluaran 20:14).10.
C. Hubungan Istri Kepada Suami.
a. Dia adalah mencintainya
"Wanita yang lebih tua adalah untuk mendorong wanita muda untuk
mengasihi suami mereka sehingga pesan Tuhan tidak akan difitnah" (Titus
2:03 - 5).
b. Dia
harus responsif terhadap kepemimpinannya
"Istri,tunduklah kepada suamimu seperti
kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri seperti juga Kristus adalah
kepala gereja. Dia adalah Juruselamat tubuh. Sekarang sebagaimana jemaat tunduk
kepada Kristus, sehingga istri-istri harus [menyerahkan] kepada suami dalam
segala sesuatu "(Efesus 5:22-24)."Istri, dengan cara yang sama,
mengajukan diri untuk suami Andasendiri sehingga, bahkan jika beberapa tidak
mematuhi [Kristen] pesan, mereka mungkin dimenangkan tanpa pesan dengan cara
hidup istri-istri mereka, ketika mereka mengamati murni Anda, kehidupan hormat
"(1 Petrus 3:1-2).
Allah memerintahkan bahwa istri-apakah
menikah dengan orang percaya atau non-percaya-harus berusaha untuk menghormati
kepemimpinan suami mereka. Bagian ini menunjukkan bahwa hidup yang patut
diteladani istri 'dapat menyebabkan suami mereka yang tidak percaya untuk
datang mengenal Kristus secara pribadi. Sebuah hidup yang dipenuhi Roh dapat
menghukum dan juga menyediakan sebuah platform untuk berbagi Injil. Bagian ini,
bagaimanapun, tidak menunjukkan bahwa istri harus mematuhi suaminya ketika
tindakan seperti itu akan membatalkan atau kompromi kesaksian Kristen nya.
c. Dia
menghormatinya.
"Istri adalah menghormati suaminya"
(Efesus 5:33).Hubungan suami untuk istri..
Dia
adalah untuk mencintainya
"Hai suami, kasihilah istrimu, sama
seperti juga Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri baginya
Dalam cara yang sama, suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya
sendiri ... masing-masing dari Anda adalah untuk mengasihi istrinya seperti
dirinya sendiri ..." (Efesus 5:25, 28, 33).
a. Ia harus berkomitmen untuk itu.
"Untuk alasan ini seorang pria akan
meninggalkan ayahnya dan ibunyadan bersatu dengan istrinya, dan dua akan
menjadi satu daging"(Efesus 5:31). b.
b. Ia
menjadi perhatian dari dirinya.
"Suami, dengan cara yang sama, hidup
dengan istri Anda dengan pemahaman sifat lemah mereka belum menunjukkan mereka
menghormati sebagai co-pewaris dari kasih karunia kehidupan,sehingga doa-doa
Anda tidak akan terhalang" (1 Petrus 3:7).
D. Hubungan orang tua untuk anak-anak mereka
1. Orangtua bertanggung jawab untuk mengajar
anak-anak mereka
"Kata-kata bahwa saya memberi Anda saat
ini berada di hati Anda. Ulangimereka untuk anak-anak Anda. Bicara tentang
mereka ketika Anda duduk dirumah Anda dan ketika Anda berjalan di sepanjang
jalan, ketika Anda berbaring dan saat Anda bangun "(Ulangan 6:6-7).
2. Orang tua harus melatih anak-anak.
"Mengajarkan seorang pemuda tentang cara
ia harus pergi, bahkan ketika iasudah tua ia tidak akan menyimpang dari
itu" (Amsal 22:6).
3. Anak-anak membutuhkan disiplin yang penuh
kasih.
"Dan ayah, jangan membangkitkan amarah
pada anak-anak Anda, tetapididiklah mereka dalam pelatihan dan pengajaran
Tuhan" (Efesus 6:4).
4. Anak-anak membutuhkan contoh yang layak.
"... Jelas mengingat iman yang tulus
Anda yang pertama hidup di dalam nenekmu Lois, maka di dalam ibumu Eunike dan
yang aku yakin ada di dalam kamu juga" (2 Timotius 1:5).
"Uzia ... melakukan apa yang benar di
mata Tuhan sebagai Amazia, ayahnyatelah dilakukan" (2 Tawarikh 26:3-4).
E. Hubungan anak-anak kepada orang tua mereka
1. Anak-anak untuk menghormati orangtua
mereka.
"Hormatilah ayahmu dan ibumu sehingga
Anda mungkin memiliki umur yang panjang di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu,
kepadamu" (Keluaran20:12).
Anak-anak harus menaati orang tua
mereka."Anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena ini adalah
benar"(Efesus 6:1)."Anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal,
karena ini menyenangkan di dalam
Tuhan" (Kolose 3:20).
2. Anak-anak belajar dari orangtua mereka.
"Dengar, anak saya, untuk instruksi
ayahmu, dan jangan menolak ajaran ibumu" (Amsal 1:8).
3. Anak-anak untuk menyediakan bagi orang tua
yang membutuhkan mereka.
"Tetapi jika ada janda memiliki anak
atau cucu, mereka harus belajar untuk mempraktekkan agama mereka terhadap
keluarga mereka sendiri pertama dan untuk membayar orang tua mereka, untuk ini
menyenangkan Tuhan" (1Timotius 5:4).
Anak merupakan berkat khusus yang Tuhan
percayakan kepada sebuah keluarga.Beberapa hal penting yang harus diperhatikan
dalam hubungan antara orang tua dan anak.
a.
Kasih yang merata
Setiap manusia merupakan gambar Allah, dan
mempunyai kekayaan kepribadian tersendiri.Hal itu menjadi tantangan untuk
pendidikan anak-anak agar orang tua menggali, menghargai,dan mengembangkan
setiap bakat anak. Banyak anak mengalami frustrasi dalam perkembangannya karena
diberi cap tertentu oleh orang tuanya. Mereka terus dibandingkandengan kakak
atau adiknya, sehingga harga diri tertekan. Tekanan itu dapat membentuk jiwa
pemberontak.
Akibat kasih yang tidak merata dan tidak
adanya kesatuan antara kedua orang tua makaakibatnya akan dipanen pada masa
mendatang (contoh Ishak dan Ribka) Alkitab mengajarkan bahwa Allah tidak
memandang bulu, dan para tuan dan para hamba diperingatkan bahwa Tuhan mereka
adalah Tuhan yang tidak memandang muka´ (Roma2:11; Efesus 6:9). Dengan demikian
setiap orang tua Kristen harus mengasihi anak-anaknya tanpa Pilih kasih.
b. Menerima kehadiran anak dengan sukacita
Suami dan istri harus menerima kehadiran anak
dengan rasa sukacita, hal tersebut menjadi titik tolak yang menentukan dalam
pendidikan orang tua terhadap anak dan juga menentukan dalam perkembangan anak
itu sendiri (contoh Yusuf).Banyak anak mengalami komplikasi jiwa, bilamana
mereka makin lama makin menyadari bahwa kehadiran mereka sebenarnya tidak
diinginkan oleh orang tuanya. Mereka haus akan kasih dan mencari kompensasi
kasih di luar rumahnya.
c.
Mendidik anak secara bersama
Mendidik anak bukanlah sesuatu yang mudah.
Orang tua dituntut dalam seluruhkepribadiannya, bahkan keadaan rohaninya diuji.
Anak-anak membutuhkan waktu dan perhatian kedua orang tuanya. Para ayah tidak
boleh menyerahkan masalah pendidikan kepada para ibu saja, demikian sebaliknya.
Mereka harus bertanggung jawab atas keadaan anak-anaknya. Mereka harus
bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan pendidikan anak-anak. (contoh
Yusuf dan Maria)
d. Menjaga Komunikasi
Tantangan yang dihadapi oleh orang tua dalam
pendidikan anak, khususnya anak yang memasuki masa remaja adalah jurang
komunikasi (contoh Yusuf dan Maria). Memang wajarlah anak-anak remaja dalam
pergumulan pertumbuhan jiwa dan tubuhnya mengalami fase di mana mereka berkata,
orang tuaku tidak mengerti aku, bahkan aku tidak mengerti diriku sendiri.Sebab
itu sangat perlu bagi orang tua menjembatani jurang itu. Orang tua harus terjun
dalam minat dan alam pikiran mereka, mengambil kesempatan bercakap-cakap bila
kesempatan itu muncul, menghargai dan menampung pikiran dan pandangan
mereka,meskipun kurang baik dalam pengertian kita, dan terutama mengajak mereka
secara informal membaca Alkitab dan berdoa. Orang tua harus menyadari bahwa di
balik segala penolakan terhadap perkara-perkara rohani, hiduplah jiwa anak yang
kosong dan kacau, yang sebenarnya sangat merindukan Tuhan.
e. Bagaimana jika orang tua bekerja?
Orang tua harus berdoa bersama dan bertanya
kepada Tuhan dengan membentangkan situasi keluarga di hadapan Tuhan, apakah
Tuhan menghendaki mereka berdua bekerja atau salah satu saja yang bekerja,
mereka akan mendapat dari Tuhan sejahtera untuk hal itu. Prinsipnya anak-anak
harus tetap diperhatikan. Dan orang tua harus tetap dalam kesadaran bahwa
menikah adalah suatu panggilan dan tanggung jawab di hadapan Tuhan yang tidak
boleh dilalaikan atau digampangkan.
KEUNIKAN PERAN ORANG TUA DI
DALAM PENDIDIKAN KRISTEN
Dari Ulangan 6: 4-9
Kita mendapatkan secara jelas. perintah Allah
pada orang tua untuk mendidik dan mengajarkan pada anak mereka prinsip-prinsip
hidup beriman. Dalam keadaan yang wajar, tidak ada orang lain yang mempunyai
keintiman hubungan dengan seorang anak seperti orang tuanya. Juga tidak ada
orang lain yang mempunyai banyak kesempatan dan waktu untuk berhubungan dengan
anak seperti orang tuanya. Kedua hal ini menyebabkan peranan unik orang tua
dalam pendidikan Kristen di keluarga.Karena adanya keunikan seperti ini, maka
perintah Allah untuk "mengajar berulang-ulang",membicarakan firman
Allah "apabila duduk di rumahmu, apabila berbaring dan apabila engkau
bangun", dapat dilakukan.
Guru
pendidikan umum (misalnya S.D.), yang bertemu 5 jam sehari dengan seorang anak,
tidak mempunyai kesempatan untuk mempengaruhi anak itu sebanyak orang tuanya, apalagi guru Sekolah
Minggunya (hanya sejam atau dua jam seminggu).
Pengaruh iman Kristen ini bukan saja
diberikan dalam bentuk kata-kata, nasihat atauwejangan. Di samping melalui
mulut, orang tua juga harus mengajarkan firman Allah melalui tingkah laku,
sikap hidup, nilai-nilai dan cara berpikirnya (yang dikiaskan dengan
"tanda pada tanganmu" dan "lambang di dahimu"). Rumah (dan
bahkan kalau mungkin kota/negara) kita haruslah disaturasi (saturated) dengan
Firman Allah itu.
PEMBENTUKAN KEPERIBADIAN ANAK
Dalam keadaan wajar (misalnya anak bukan
yatim piatu, anak tidak dipelihara kakek nenek atau di"serahkan" pada
pembantu rumah tangga), orang tua merupakan orang yang paling penting dalam
pembentukan kepribadian seseorang. Pembentukan dan penularan kepribadian
terjadi pada seorang terutama pada masa mudanya. Yang dimaksudkan masa muda di
sini bukan saja pada masa kanak-kanak, tetapi juga pada waktu seorang masih
balita, bayi, bahkan pada waktu ia masih janin di dalam kandungan.
Beberapa minggu sebelum seorang dilahirkan
pun proses pembentukan kepribadiannya sudah dimulai. Obat-obatan yang dimakan
si ibu; rokok yang dihisapnya, dan keadaan emosinya,akan mempengaruhi
kepribadian anaknya meskipun ia masih janin (ibu yang perokok berat,ibu yang
pemarah dan suka berteriak-teriak pada bulan-bulan akhir kandungannya –
misalnya karena suaminya menyeleweng pada waktu itu - akan memberikan pengaruh
yang negatif pada kepribadian anaknya).
Jadi terdapat pengaruh psikis di samping tentunya pengaruh fisik.
Setelah anak itu lahir dan mulai dibesarkan,
sikap, tingkah laku dan pendapat orang tuanya padanya membentuk kepribadian
dasarnya. Untuk ini kita sangat diingatkan pada Amsal22:6. Gereja Roma Katolik
sadar akan pentingnya pendidikan pada masa muda ini hingga mereka
menginvestasikan banyak dana dan usaha dalam pendidikan anak. Psikologi
jugasadar akan masa kritis pembentukan kepribadian seorang sebelum ia mencapai
umur kira-kiradelapan tahun. Bila setelah meninggalkan masa kanak-kanak seorang
berkepribadian tidak sehat, sangat sukar mengubahnya menjadi berkepribadian
sehat kelak.
Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan
dalam pembentukan kepribadian sehat.
A. Agape sebagai dasar
Dalam mendidik anak, kita mencontoh
Kristus yang mengubahkan dan mendewasakan kepribadian kita. Kasih Allah (Agape)
yang tanpa syarat (lihat Unconditional Love ini dalamRoma 5:6, 8, 10) seperti
diperintahkan dalam Yoh. 13:34 menjadi dasar perlakuan kita pada anak kita.
Dalam hubungan kita dengan anak kita, kita juga ingat dan berusaha terus
menerapkan definisi Agape - "menghendaki, merencanakan, dan melakukan yang
baik bagikekasih kita (dalam hal ini anak kita).
"Kasih Agape inilah yang dapat
menyebabkan basic trust (rasa aman dasar) tumbuh dengan subur dalam diri anak
kita. Agape yang menumbuhkan basic trust ini mengharuskan kitahangat pada anak
kita, banyak menjamah dan memeluknya pada masa kanak-kanaknya,memperhatikannya,
serta selalu menghargai dan respek terhadap ciptaan dan peta Allah ini.Tanpa
adanya dan berkembangnya basic trust yang memadai pada masa pembentukan
kepribadiannya, seorang akan mengalami banyak problema dalam hidupnya.
Kepribadiannya akan menjadi parah.
Seorang anak balita yang selalu dipukul,
dimaki-maki, diacuhkan, dan dihina, tidak akan mempunyai basic trust yang
memadai. Ia tidak akan "kerasan" hidup dalam dunia ini, ia akan
memusuhi dan memandang manusia lainnya dengan curiga atau takut, ia akan
"melukai"orang lain agar tidak "dilukai" lebih dulu, ia
akan merasa tidak berharga (dengan segalamacam problema yang mengikuti
"minder" ini) dan menjadi musuh bagi dirinya sendiri, iaakan mempunyai
kecemasan yang tinggi, ia tidak tahan dan takut pada stress yang wajar hingga
tidak dapat sungguh-sungguh hidup efektif dan berprestasi. Bila ini terjadi
padaseorang, hanyalah Kristus yang dapat memperbaiki hidup dan kepribadiannya.
B. Disiplin dan Tanggung Jawab
Seorang harus hidup berdisiplin dan
bertanggung jawab agar berbahagia. Disiplin ini paling mudah ditanamkan dan
melekat pada masa kanak-kanak. Dalam menanamkan disiplin dan tanggung jawab
pada anak, kita ingat bahwa Alkitab mengajarkan dan memerintahkan kita untuk
juga menggunakan hajaran (bukan ajaran saja) bila seorang kanak-kanak
memerlukannya (Amsal 13:24; 22:15; 23:13, 14; 29:15; Ibrani 12:5-10). Banyak
ahli pendidik tidak menyetujui sama sekali penggunaan pukulan, tetapi kehendak
Allah jelas dalam hal ini. Tentunya kita harus bijaksana dalam menggunakan
hajaran (misalnya, tidak bila anak kita
"nakal" kreatif tetapi bila ia nakal memberontak dan pemalas).
Ada juga batasan ketika menggunakan hajaran
untuk mendidik. Kasih agape secara mutlak harus tetap ada dan aktif; misalnya
tidak menghajar sebagai pelampiasan emosi karena kita sedang frustrasi atau
marah. Kita tidak boleh menginginkan kecelakaan dan "kerusakan" anak
kita itu (Amsal 19:18) tetapi selalu menghendaki dan bertindak demi kebaikan
anak kita itu(lihat definisi agape di atas).
Dalam menghukum anak kita, yang kita benci
dan serang adalah tindakan dan sikapnya yang berdosa, bukan anak kita itu (kits
tidak berkata: "Anak, brengsek, pendusta; mati saja kau!"tetapi
"Papa tidak senang Andi berbohong seperti itu.") Sama seperti Allah
membenci dosakita tetapi mengasihi kita orang berdosa, kita tetap mengasihi
anak kita apapun sikap dan. perbuatan dosanya. Segera setelah kita
menghukumnya, kita memeluknya. Kita selalu menerimanya penuh dan tanpa syarat.
Agape ini akan menghindarkan sakit hati dalam diri anak pada waktu kita
menghajarnya (Kolose 3:21; Efesus 6:4).
Tanpa hajaran dalam agape pada masa
kanak-kanak, seorang tidak akan "yakin" bahwanyontek - dan kelak
korupsi - tidak boleh dilakukan, bahwa menghadapi lampu merah iaharus berhenti,
bahwa PR harus dikerjakan, bahwa hutang harus dibayar, dan bahwa meja atasan tidak boleh di gebrak balik. Hati
nuraninya juga tidak akan terbentuk secara peka danlengkap.
HIDUP DALAM SUASANA KEHADIRAN KRISTUS
Kepribadian orang tua ditularkan pada anak
melalui penyerapan lebih daripada melalui kata-kata. Seorang anak menyerap
nilai, sikap dan pandangan orang tuanya dan menjadikannya miliknya. Sering
penularan ini terjadi tanpa disadari orang tuanya karena banyak aspek
kepribadian orang tua dipancarkan tanpa mereka sadari. Kalau mereka tidak
jujur, sifat pembohong ini akan diserap anak mereka; mereka tidak perlu
berkata, "Jadilah seorang pembohong.
"Karena hal itulah, sebagai orang tua
kita sendiri harus mempunyai kepribadian yang sehatdan dewasa. Perubahan
kepribadian kita untuk menjadi dewasa seperti Kristus juga kita peroleh dengan
"menyerap" sifat-sifat Kristus waktu kita bersekutu dengan-Nya.
Persekutuan ini terjadi baik di gereja bila kita berbakti, waktu kita berdoa, membaca
Alkitab dan bersaat teduh, tetapi juga - dan yang terutama - dalam hidup
sehari-hari kita.
Entah kita merasakan hadirat-Nya atau tidak,
kehadiran Kristus dalam hidup kita adalah suatufakta (Matius 1:23; 28:20).
Suatu pertanyaan penting yang akan mengubah kepribadian dan sikap kita
sehari-hari ialah : Apakah kita memperlakukan Kristus serta bertindak,
bersikap, berbicara dan berpikir dengan kesadaran (awareness) bahwa Ia, Yang
Mahakudus, ada disamping kita setiap saat; ataukah kita menganggap-Nya sebagai
angin saja, dan mengacuhkanNya. Hidup dengan kesadaran kuat bahwa Kristus
berdiri di camping kita tiapsaat ini saga sebut HIDUP DALAM SUASANA KEHADIRAN
KRISTUS.
Jikalau kita menerapkan secara konsisten dan
terus menerus Hidup Dalam Suasana Kehadiran Kristus, keadaan ini akan mendarah
daging dan menjadi bagian dari kepribadiankita. Kita sendiri akan diubahkan
menjadi seperti Kristus (Roma 8:29; Filipi 2:5; Efesus4:13). Sama seperti rasul
Paulus kemudian kita berkata pada anak kita "Jadilah pengikutkusama seperti
aku juga menjadi pengikut Kristus" (I Kor. 11: 1)
Di samping melalui pengajaran
"formal" (di Sekolah Minggu, pada waktu kita bersaat teduh dengannya
dan waktu menceritakan cerita-cerita Alkitab padanya), anak kita makin
harimakin dibentuk kepribadiannya menjadi seperti Kristus melalui penyerapan
juga. Anak kitamenyerapnya dari kita sementara kita menyerapnya dari Kristus.
Anak kita perlu merasakankehadiran Kristus di mana-mana dalam hidupnya
sehari-hari melalui orang tuanya.
Dalam memperkenalkan siapa Kristus itu kepada
anak kita, dengan sangat efektif kita dapat mengajarkan sifat-sifat Allah,
nilai-nilai Kristus, sikap, perasaan dan pandangan-Nya, serta respons kita
seharusnya pada-Nya, bila kita Hidup Dalam Suasana Kehadiran Kristus.
a. Kemahahadiran Allah kita ajarkan pada anak
kita bila kita sering berbicara dengan Allahdi segala tempat (bukan hanya dalam
doa yang disertai tekuk lutut dan kata-kata indah, tetapidalam segala situasi
dan posisi dengan kata-kata sederhana. Kita berbicara dengan Allahseperti kita
berbicara dengan isteri yang berdiri di samping kita.)
b. Kemahakuasaan Allah serta Allah sebagai
sumber pertolongan kita ajarkan bila kitamembiasakan diri sering memohon
pertolongan Allah seperti kita minta tolong suami kitamelakukan sesuatu.
c. Hati yang bersyukur akan menjadi bagian
dalam hidup anak kita bila ia tahu sehari-harinya kita sering berterima kasih
pada Kristus. Sekali lagi yang saya maksudkan bukan sajawaktu kita berdoa
dengan bertekuk lutut dan melipat tangan, tetapi dalam suasana biasa kita
berkata: "Terima kasih, Yesus." Bukankah kita juga mengajar anak-anak
kita untuk berterimakasih bila diberi sesuatu.
d. Kepasrahan pada Allah kita ajarkan pada
anak kita dengan sikap iman dan keteguhan(bukan kecemasan dan ketakutan) pada
masa krisis dan kritis.
e. Kepekaan terhadap kebenaran kita tularkan
pada anak kita jika kita sendiri sangat sensitif terhadap dusta dan bohong,
menghindari segala macam dusta (termasuk dusta-dusta kecilatau dosa-dosa
putih). Dalam hal ini tentunya perlu diterapkan terus "kebenaran di
dalamkasih" (Ef. 4:15), agar kita tidak menularkan ke"parisi"an
kepada anak kita.
Dalam buku terkenal "In His Steps,"
penduduk suatu tempat, bertekad untuk selalu bertindak seperti Kristus. Mereka
selalu bertanya "Apa yang akan dilakukan Kristus bila Ia ada
ditempatku?" apabila harus bertindak atau memutuskan sesuatu. Hidup dalam
suasanakehadiran Kristus ini lebih dari hanya menanyakan pertanyaan itu. Kita
bukan saja bertindak seperti Kristus tetapi juga merasakan pengharapan, iman,
damai Kristus (yang menyebabkanNya dapat tidur lelap di buritan perahu di
tengah badai) karena sadar (aware) akan kehadiran Kristus di sisi kita.
Lenyaplah ketakutan, kecemasan, putus asa yang banyak merongrong kepribadian
kita. Jadi kita tidak hanya mengarah pada pembentukan tingkah lakutetapi
seluruh kepribadian (perbuatan, perasaan, sikap, nilai-nilai, pikiran dan iman)
diri dananak kita; dan bila diperlukan perubahan, bukan saja perubahan tingkah
laku tetapi juga perubahan kepribadian.
Di sini letak salah satu perbedaan antara
theologi dan psikologi. Psikologi tidak terlaluoptimis terhadap kemungkinan
perubahan kepribadian seorang (bahkan ada psikolog- psikolog yang berpendapat
bahwa setelah kepribadian terbentuk, tidak akan dapat diubah lagi). Tesis Alkitab
justru menyatakan bahwa di dalam Kristus ada perubahan. Kristuslah yang merubah
hidup kita. Di tiap buku Alkitab diminta dan diperintahkan perubahan kelakuan,
iman,pandangan, sikap. Perubahan total terjadi pada waktu lahir baru dan
setelah itu tiap hari kita harusberubah, bertambah lama bertambah dewasa
seperti Kristus. Tentunya perubahan ini adalah karyadan anugerah Allah dalam
hidup manusia, bukan usaha manusia itu sendiri.
FAMILY ALTAR
Di
samping hidup dalam suasana kehadiran Kristus, perlu ada saat-saat tertentu
kita bersekutu dengan Allah sebagai satu keluarga. Perlu ada Family
Altar.Tujuan utama Family Altar bukan mengajarkan isi Alkitab, bukannya suatu
kebaktian dan penyembahan yang "dalam," bukannya sebagai suatu
keharusan karena yang lain melakukannya, bukan untuk menenangkan rasa bersalah
pada orang tua, bukannya suatu ritusyang harus tiap hari dilakukan. Secara
sederhana, tujuan utama Family Altar ialah persekutuan keluarga dengan Kristus.
Pengetahuan Alkitab yang bertambah, dan kadang-kadang adanya penyembahan yang
dalam, adalah hasil sampingan.
Suatu syarat penting demi berhasilnya Family
Altar ialah adanya suasana yang rileks, hangatdan menyenangkan. Kita tidak
perlu secara ketat mengikuti suatu program saat teduh yangsering menyebabkan
ketegangan dan kekakuan. Family Altar sebaiknya merupakan saat yang
menyenangkan bagi tiap anggota keluarga hingga tidak akan menyebabkan suatu
beban.Format Family Altar harus fleksibel, tidak boleh kaku. Perubahan harus
dapat terjadi disesuaikan dengan perubahan jadwal, usia, interest anggota
keluarga.
Perlu juga diusahakan agar waktu untuk Family
Altar tidak terdesak oleh kesibukan-kesibukan lain. Ada keluarga yang senang
berkumpul bersama setiap pagi setelahmembersihkan diri, ada yang pada waktu
makan pagi atau malam, ada yang sore hari ataupunsebelum tidur.
Ada tiga unsur utama dalam Family Altar.
Unsur-unsur ini bukan suatu yang mutlak harusada pada tiap Family Altar tetapi
hanya sebagai patokan:
(1) Ajaran.
Di sini dapat dipakai cerita Alkitab bagi
kanak-kanak, buku penuntun saat teduh, buku-buku rohani lainnya, ataupun
langsung dari Alkitab. Tentang sulitnya bahan atau materiyang dipakai tentunya
harus disesuaikan dengan keadaan anak.
(2) Pujian
Satu
atau dua lagu dapat dinyanyikan pada waktu Family Altar.
(3) Doa
Dalam doa, dinaikkan ucapan syukur
keluarga, syafaat keluarga dan permohonan bagi orang lain. Tambah dewasa anak
kita, doa yang dinaikkan lebih bersifat komunikasi terbuka (tidak doa-doa yang
terstruktur saja). Kejujuran dan ketulusan adalah sangat penting.Anggota
keluarga'kita sangat tahu akan keadaan kita sehari-hari. Kita tidak dapat
berpura- pura di hadapan mereka. Kemunafikan akan menyebabkan mereka segan
berpartisipasi dalamFamily Altar. Bahasa yang digunakan juga tidak perlu
muluk-muluk.
Tiap anggota keluarga harus ikut mengambil
bagian dalam Family Altar ini, termasuk yangmasih kanak-kanak. Anak kecil
mungkin belum dapat memimpin doa, tetapi ia dapat memilih nomor lagu. Perlu
diusahakan agar tiap anggota merasa bahwa ia ikut memiliki Family Altar ini.
Pada waktu anak kita masih kecil, fakta dari
pelajaran yang dibaca dapat ditanyakan, setelah mulai dewasa sekali-kali dapat
diadakan diskusi sederhana di mana ia dapat mulaimenyatakan pendapatnya.
Pendapat ini harus dihargai dan tidak boleh diremehkan. Anak tidak boleh
ditertawakan waktu menyatakan pendapatnya, betapa pun sepele rasanya pendapat
itu bagi orang dewasa. Arti dari materi ajaran juga dapat ditanyakan. Evaluasi
dariajaran yang dibaca waktu Family Altar tambah lama tambah dapat dibahas.
Kelak aplikasi juga diminta untuk diterapkan keluarga.
Kita juga mengharapkan adanya pembentukan
kepribadian yang sehat melalui Family Altar tetapi kita harus berhati-hati agar
tidak timbul kesan adanya "pesan sponsor" (etika) yang harus jelas
dan harus ada tiap kali. Tidak boleh ada kesan bahwa Family Altar adalah
kesempatan dan alat orang tua mengkhotbahi anak mereka tiap hari. Persekutuan
denganKristus harus selalu menjadi tujuan utama. Kita puas bila melalui Family
Altar tiap anggota tiap hari, betapapun sedikitnya, datang pada Kristus dalam
doa, pujian dan ucapan syukur.
Dr. Jonathan A. Trisna (D. Min., Philips
University; M. Div., Nazarene TheologicalSeminary; M.A., Bethany Nazarene
College; B.A., Oklahoma City Southwestern College)adalah seorang konselor dan
Pendeta Gereja Bethel Indonesia. Beliau juga mengajar diLembaga Pendidikan
Theologia Bethel Jakarta. Dengan istrinya, Harjanti, beliau mempunyai seorang
putra dan seorang putri.
Buku-buku oleh Dr. Jonathan A. Trisna:
- Pernikahan Kristen suatu usaha dalam
Kristus
- Berpacaran dan Memilih Teman Hidup
- Konseling Pra Nikah
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Alkitab berisi rencana Tuhan untuk mencapai
kualitas dan kesehatan dalam kehidupan keluarga. Kristen dibatasi untuk mengambil
sangat serius Firman Allah yang berkaitan Ingin tahu apa yang Alkitab katakan
tentang bergaul dengan orang tua Anda ? Berikut adalah beberapa ayat Alkitab
yang membantu Anda mengetahui lebih banyak tentang apa yang Tuhan harapkan dari
remaja Kristen dan orang tua mereka dan dalam kehidupan beragama di lingkungan
keluarnga.
Keluaran 20:12- ". Hormatilah ayahmu dan
ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu,
kepadamu" (NIV)
Keluaran 21:15 - "Siapa pun yang
menyerang ayahnya atau ibunya harus dihukum mati." (NIV)
Amsal
01:08 - "Dengar, anak saya, untuk instruksi ayahmu dan tidak meninggalkan
ajaranibumu." (NIV)
Amsal
10:01 - "The amsal Salomo: Anak yang bijak mendatangkan sukacita
kepadaayahnya, tetapi anak bodoh kesedihan ibunya." (NIV)
Amsal
23:25 - "Semoga ayah dan ibu Anda senang, semoga dia yang memberi Anda
lahir bersukacita!" (NIV)
Amsal
31:26-31 - "Dia berbicara dengan hikmat, dan instruksi yang setia di
lidahnya Diamengawasi urusan rumah tangga dan tidak makan roti kemalasan
anak-anaknya muncul danmemanggil memberkatinya; suaminya juga, dan dia memuji
dia: "Banyak perempuanmelakukan hal-hal mulia, tetapi Anda melebihi mereka
semua."
Mantra adalah menipu, dankeindahan cepat
berlalu, tetapi seorang wanita yang takut akan TUHAN adalah menjadidipuji
Berikan hadiah dia telah mendapatkan gelar, dan biarkan. dia bekerja
membawamemuji dia di pintu gerbang kota ". (NIV)
Mazmur
103:13- "Sebagai seorang ayah memiliki belas kasih pada anak-anaknya,
sehinggaTUHAN menaruh belas kasihan pada orang-orang yang takut akan Dia;"
(NIV)
Amsal
3:11-12 - "Hai anakku, janganlah anggap rendah disiplin TUHAN dan tidak
membenci hardik-Nya, karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya,
sebagai seorang ayah [a] putra yang nikmat masuk (NIV)
Amsal
23:24 - "Ayah dari orang benar memiliki sukacita yang besar, ia yang
memiliki seorang putra yang bijaksana senang dalam dirinya." (NIV)
Kolose
3:21 - "Bapa, jangan memahitkan anak-anak Anda, atau mereka akan
menjadikecewa."
DAFTAR PUSTAKA
www.scribd.com
0B7CMs6wd8WVvb0pOTUNiX0twdTQ/view